Thursday, November 19, 2015

Why bildungsroman?

Ada yang tahu atau suka membaca novel bildungsroman nggak? Bildungsroman termasuk genre literature yang sangat menarik lho menurut aku, dan sebaiknya dibaca oleh para remaja ataupun orang yang sedang dalam fase mencari jati diri. Kalau dilihat dari definisinya di Wikipedia sih, Bildungsroman merupakan genre novel yang ceritanya berfokus pada keadaan psikologis dan perkembangan moral si tokoh utama, dari masa muda ke masa dewasa. Nah, perubahan karakter atau sikap si tokoh utama ini yang membuat jalan cerita novel tersebut jadi seru. Bildungsroman itu sendiri sebenarnya berasal dari Bahasa Jerman yang kalau diartikan ke dalam Bahasa Inggris biasa disebut dengan novel of formation, novel education, atau coming-of-age story. Aku suka baca novel-novel genre ini karena banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari situ. Semacam baca buku-buku self-help tapi ada jalan ceritanya gitu, karena isinya nggak melulu kata-kata motivasi dan membuat si pembaca nggak merasa sedang digurui. Selain itu, perbedaan budaya, lingkungan sosial dan pendidikan yang menjadi latar belakang si tokoh dalam novel ini bikin nambah pengetahuan lho. Karena memang walaupun umumnya berupa fiksi, novel ini juga mencerminkan kondisi sosial masyarakat pada zaman novel itu dibuat. Banyak isu-isu penting pada zaman tersebut yang ikut diselipkan pada jalan cerita, seperti tentang rasisme, pendidikan, kesetaraan gender, HAM, dll. That’s why novel genre bildungsroman sangat aku rekomendasikan ke sepupu-sepupu aku yang lebih muda, biar mereka nggak kebanyakan diracuni novel cinta-cintaan makhluk beda dunia mulu.

Kalau dulu aku sukanya buku-buku semacam children literature sama komik, sekarang bildungsroman bisa jadi alternative bacaan lain buat aku. Sebenernya, aku nggak pernah menutup diri untuk baca berbagai jenis genre buku, tapi untuk saat ini bildungsroman kayaknya yang paling pas sama kondisi aku sekarang. Pernah sih nyoba baca buku-buku fiksi yang segmennya lebih dewasa dikit, kayak tentang married life dan sejenisnya, eh tapi ternyata belum kerasa feelnya. Novel ini sebenernya simpel, tujuan utama si penulis adalah menunjukkan bagaimana si tokoh utama ini menuju maturity, bagaimana proses pendewasaan yang dia alami, bagaimana kesulitan atau tantangan yang dia hadapi lewat proses itu. Dan semua orang pasti pernah melewati proses pendewasaan, tentunya dengan berbagai masalah dan keunikannya masing-masing. Walaupun umumnya novel ini tergolong fiksi, tapi yang aku suka adalah bagaimana itu membuat aku sadar kalau di dunia ini nggak hanya aku sendiri yang sedang mengalami masa-masa gegalauan itu. Banyak orang di dunia yang juga menjalani masa-masa itu dengan berbagai latar belakang yang ia miliki. Lingkungan, budaya, dan pendidikan si tokoh utama juga menjadi faktor yang akan memunculkan karakter dia nantinya. Setiap orang mencari jawaban tentang tujuan hidupnya masing-masing, dan setiap orang tersebut adalah tokoh utama dalam hidupnya.

Kenapa aku bilang buku semacam ini cocok banget buat dibaca para remaja? Kalian pasti tahu sendiri kalau masa remaja itu masa-masa yang nanggung. Udah bukan anak kecil lagi yang harus diemong terus dari dia bangun tidur sampai tidur lagi. Tapi kadang masih belum bisa diajak bicara atau bertindak secara dewasa. Kalau aku bilang, masa remaja itu masa yang serba nggak jelas, sekaligus masa yang paling menentukan bakal jadi apa orang tersebut ketika dia dewasa nanti. Sering banget kan ngelihat remaja yang bandel, sering galau, uring-uringan nggak jelas, kadang lebay, caper, sok-sok udah gede tapi aslinya masih pengen manja-manja ke ortunya, dll.

Aku ngelihat banyak orang tua yang cenderung cuek ketika harus menghadapi anaknya yang sedang menginjak masa remaja. Mungkin sebagian dari mereka selalu mikir, “Alah remaja, lagi pubertas itu, ntar gede pasti juga jadi ngerti sendiri!”. Padahal para remaja itu butuh perhatian, tapi gak mau apa-apa diperhatikan banget sama orang tuanya. Nah bingung kan? Menurutku masa remaja itu masa-masa yang sangat perlu untuk dibimbing namun jangan terlalu dikekang ketika ia mulai menunjukkan interestnya. Saat dewasa nanti, kumpulan pilihan yang diambil oleh seseorang itulah yang akan menentukan siapakah dirinya kelak. Jadi kalau bisa, kumpulin yang baik-baik dari dirimu. Kalau bisa jadi orang baik, kenapa jadi yang buruk, yha nggak?

Ini ada beberapa contoh novel bildungsroman yang ratingnya cukup tinggi. Nomer 1 pernah baca, kalau yang 2 sama 3 cuma pernah lihat versi filmnya. Yang 4 sama 5 ada e-booknya sih, tapi belum sempet baca. Nanti kalau lagi luang, mungkin aku bakal bikin reviewnya di akun goodreads aku.


No comments:

Post a Comment